Oleh : Darwin PS
Sudah lama Presiden Susilo Bambang Yudhoyono merasa perlu memiliki pesawat sendiri, dengan alasan penghematan dan sebagainya. Sejak 2010 pemerintah telah bekerjasama dengan perusahaan di Seattle, Amerika
Serikat (AS). Pengadaan pesawat kepresidenan yang targetnya akan digunakan tahun 2013 mendatang.
Serikat (AS). Pengadaan pesawat kepresidenan yang targetnya akan digunakan tahun 2013 mendatang.
Saat ini Pemerintah telah menyelesaikan pembayaran 737-800 Boeing Business Jet 2 dalam 3 tahap. Pertama 11,72 juta dolar AS pada 2010. Kemudian, 10,28 juta dolar AS pada 2011 dan 36,6 juta dolar AS pada 2012. Kini pesawat tersebut masuk dalam tahap membereskan cabin interior dan sistem keamanan sesuai fungsinya VVIP. Diperkirakan selesai semuanya Agustus 2013, demikian diberitakan oleh berbagai media di Nusantara.
Niat pemerintah SBY, mengingatkan kita di waktu lalu kehadiran Presiden Amerika Serikat, Barack Obama datang ke tanah air dengan menggunakan pesawat khusus kepresidenan. Ketika diketahui pesawat yang Obama miliki itu ternyata pesawat canggih. Bagi negara maju seperti Amerika Serikat tentu pengadaan pesawat kepresidenan tidak menjadi persoalan besar, sebab negeri paman sam tersebut tidaklah negeri "tersandera" seperti Indonesia .
Uji Kepatutan
Salah satu alasan utama pemerintah SBY merasa perlu memiliki pesawat pribadi dengan mengatakan upaya penghematan berpergiannya presiden. Selama ini Presiden ketika pergi ke daerah dan luar negeri selalu menyewa pesawat dengan biaya yang tidak sedikit. Kemudian, keamanan pesawat carter tidak dilengkapi dengan alat navigasi, komunikasi, cabin, infligh entertainment sehingga masih diragukan akan keamanannya.
Bila dikaitkan dengan persoalan penghematan tentu sudah banyak peristiwa dan kebijakan pemerintah dimasa sekarang muncul tanpa pertimbangan mendasar yang lebih diterima semisalnya, peristiwa ruang banggar DPR RI, gedung DPR RI, perparkiran istana kepresidenan, hingga budaya menikmati kedudukan disaat pernikahan anak lelaki SBY yang mengundang tanda tanya masyarakat mengenai pernikahan yang menghabiskan banyak biaya. Inikah yang dinamakan usaha menghemat, atau bukan.
Demikianlah yang tengah terjadi di negeri ini, sifat kerendahan hati masih jauh dari ciri-ciri pemimpin kita. Bagaimana tidak, disamping kebaikan lebih sering rakyat terzolimi dengan cara pandang pemerintahan saat ini. Memandang pengadaan pesawat kepresidenan sudah tepat, padahal prestasi pemerintah saat ini pun tidaklah meyakinkan untuk jadikan alasan untuk itu. Apalagi pemerintah SBY seolah lebih senang memiliki pesawat sendiri, ketimbang memikirkan bagaimana mengantisipasi banyaknya kejadian pesawat jatuh.
Boleh jadi pertimbangan lain yang dimiliki SBY dan jajarannya ketika melihat greget pesawat kepresidenan AS yang mampu mengarungi negara-negara di dunia dengan jarak tempuh hingga puluhan jam. Sehingga AS sebagai "bapak angkat" bagi pemerintah saat ini menjadi contoh yang dicoba untuk diikuti untuk memiliki pesawat kepresidenan yang canggih dan demi kenyamanan berterbangan di langit, yang sepatutnya ketika dilangit dapat belajar melihat kebawah seantero negeri ini masih membutuhkan keseriusan dan kesederhanaan dari pemimpinnya. Namun bukan itu alasannya.
Aneh tapi nyata, pemerintah SBY cenderung suka membuat sejarah ketimbang belajar dari sejarah, belum lagi jarang belajar dari negara-negara yang lebih pantas untuk dijadikan figur perjuangan. Negara sahabat kita seperti Iran , memiliki presiden yang tampil dan hidup dengan kesederhanaannya. Sebut saja presiden Ahmadinejad yang menikahkan anaknya ala rakyat biasa. Juga seperti India , yang hingga saat ini pejabat dan rakyatnya menggunakan mobil produk dalam negeri sendiri. Namun tidak demikian yang dilakukan oleh pemerintahan SBY.
Pembelian pesawat kepresidenan sudah memasuki tahap pengisian interior pesawat. Bila terdengar kata interior berarti berkaitan dengan pengadaan barang-barang dan peralatan di dalam pesawat kepresidenan tersebut. Sistem keamanan hingga kenyamanan akan diutamakan dalam pengadaan interior pesawat, sehingga tidak akan salah lagi biaya tidaklah sedikit untuk itu.
Bila dikatakan membeli lebih baik ketimbang menyewa, apalah bedanya ketika menyewa dikenakan biaya besar, dengan pesawat pribadi yang juga akan mengisi bahan bakar dan sebagainya. Tentu, tidaklah etis jika penghematan ditinjau dari intensitas pencarteran pesawat untuk presiden ke daerah atau luar negeri. Sebab presiden sering ke daerah atau luar negeri menunjukkan "pemborosan" secara tidak langsung. Ditambah lagi jika wakil rakyat di DPR RI juga "suka" berpergian keluar negeri dengan berbagai alasannya.
Penutup
Untuk itu, perlu diperhatikan kembali oleh pemerintahan SBY mengenai pengadaan pesawat kepresidenan yang akan diluncurkan Agustus 2013 mendatang, gunakan cermin untuk tidak dulu menganggap penting berpergian ketimbang sesegera mungkin membicarakan banyak persoalan yang harus dituntaskan dimasa kerjanya. Bila ingin terjun ke daerah mungkin tidak sesering mungkin dilakukan, sebab apabila seorang presiden ke daerah, tentu wakilnya (pejabat) didaerah seakan tidak berfungsi dengan baik. Apalagi ke luar negeri, selain menambah utang, juga menambah kesedihan bagi rakyat Indonesia sendiri yang masih butuh kepedulian yang penuh dengan keseriusan. Sudah seyogianya kesejahteraan rakyat dikedepankan ketimbang kesejahteraan pejabat negara. ***