Jujurlah Angelina !!!

Oleh : Naurat Silalahi. Menarik mengamati ketika seorang koruptor ingin membela diri.Tak perduli lagi apa yang bakal terjadi, pokoknya bantah dulu. Padahal dia tidak tahu, sekuat apa pun membela diri, fakta hukum sudah menjeratnya. Dan, sebenarnya publik sudah kadung menjatuhkan vonis padanya, dia itu memang koruptor, tetapi si tersangka masih merasa belum "bersalah" karena menggunakan prinsif azas praduga tidak bersalah. Padahal dia lagi lagi lupa, guru besar hukum sekaliber, Prof. J.E. Sahetapi dalam dialog terbuka di TV One baru baru ini dengan tandas mengatakan, azas praduga tidak bersalah itu cuma berlaku di bangku kuliah.
Tetapi begitulah manusia, kalau sudah ketahuan, masih berupaya membela diri atau membenarkan diri. Ya, sah sah saja. Tetapi kalau tidak terbela lagi. Tepatlah apa yang dikatakan pengacara Nazaruddin, Hotman Paris Hutapea, jadi siapa yang mengirim sms ini, hantu belau....?

Hotman pun menjajarkan lima fakta kehidupan si artis yang tak bisa dielakkan, dan semua diakui. Yang si tersangka sendiri tak merasa pula, padahal lagi begitu 5 fakta kehidupan itu diakui, setelah diungkap Hotman ke permukaan itu, itu sama artinya menjadi mentahlah semua bantahan si tersangka yang tadinya tidak mengaku punya BB dan tak pernah mengirim sms itu.

Mundur

Dalam dialog di TV One itu Prof. Sahetapi mengatakan, kalau di luar negeri seseorang karena sebuah kasus masuk koran, sudah cepat-cepat ia mengundurkan diri dari jabatan publik yang diembannya. (Bandingkan berita Kompas Sabtu 18 Pebruari 2012, halaman I berjudul : "Malu karena Korupsi, Presiden Mundur"). Tapi di negara kita ini malah muncul pula di koran dan tak malu menggelar konfrensi pers.

Itulah, kata Sahetapy bedanya di luar negeri dengan negara kita ini. Menarik memang. Rupanya kepercayaan masyarakat di luar negeri terhadap koran itu tinggi sekali. Koran dianggap tidak pernah berbohong. Tidak mau memfitnah. Dan koran dianggap mewakili suara kebenaran. Sebab koran di sana tidak mau memuat berita kalau koran sendiri belum memegang fakta atau data tentang "kesalahan" seseorang itu.

Wah, bisa nggak di negara kita ini begitu. Maksudnya memiliki rasa malu lalu mundurlah. Ya, setahu penulis pun koran di negara kita ini juga memiliki tanggungjawab sosial yang tinggi. Tidak sembarang memuat berita, dan sesuai kode etik pers dilarang keras memuat berita yang bukan fakta. Lalu, meminjam istilah Prof. Sahetapy kok tidak mundur juga dari jabatan publik yang diemban?

Perihal pernyataan Angie, koran Tribun edisi 16 Pebruari 2012 juga mempunyai data akurat. BB si artis itu sendiri dijepret wartawan koran itu pada tahun 2009, yang berarti semakin menguatkan dia itu benar benar berbohong. Angie tertangkap kamera fotografer Tribun main BB saat gladi resik pelantikan sebagai anggota DPR RI 2009 2014.

Kembali ke persoalan. Korupsi. Memang di negara kita ini belum diberlakukan azas pembuktian terbalik. Tetapi entah kenapa pada beberapa bank yang penulis temui, setiap menabung atau katakanlah menyetor uang selalu ada pertanyaan, sumber dana dari mana. Mungkinkah ini efektif untuk menangkal para koruptor? Di tengah sulitnya dana segar dibutuhkan setiap bank (terlihat dari salah satu cara menarik dana masyarakat dengan memberi hadiah hadiah menarik) tampak hal ini akan sulit dipatuhi.

Andaikan si penabung dengan benar mengatakan, sumber dana dari hasil korupsi, jangan jangan pegawai bank malah menuntun penabung untuk menuliskan kata kata lain, entah itu hasil jual tanah dan lain-lain. Sebaliknya, kalau setiap hari ditabung ratusan juta, apakah pihak bank juga tidak curiga. Kalau dikatakan benar benar dari hasil menjual tanah, apakah setiap hari tanah pusaka mereka laku/terjual terus?

Pembuktian Terbalik

Satu sisi azas pembuktian terbalik perlu dipakai sebagai langkah awal mencari jejak si koruptor. Tidak salah, walaupun tidak dapat dijadikan bukti hukum atau dipakai sebagai prosedur membuktikan korupsi atau tidak. Jika tidak, memang tidak usah heran, beberapa mata orang pun memang selalu saja silau melihat para artis di Jakarta yang hidupnya penuh glamour, terlalu wah, padahal berapa kalilah dia setahun main film atau iklannya pun tak seberapa. Tentu ada penghasilan lain.

Awalnya kelihatan lurus lurus saja, tetapi belakangan ketahuan juga belangnya. Buktinya? Ya, itu. Tetapi mungkin, bukan artis saja tetapi para pejabat yang kelihatan super mewah dan wah juga termasuk. Dari mana uang kalau keluar masuk tempat tempat glamour sedang sumber penghasilan itu ke itu saja! Kalau pengusaha kita maklum, itu pun lihat pengusahanya. Kalau usahanya bangkrut terus, dari mana datang uang berjibun!

Bertobat dan munculkanlah dalam diri sendiri rasa malu dan tak pantas hidup bersenang-senang apalagi berfoya-foya di atas penderitaan orang lain. Atau makan minum dari uang haram. Kalau sudah terlanjur , mengaku saja dan siap untuk bertobat, meninggalkan masa lalu yang haram dan kembali ke jalan yang benar.

Pernyataan Angie yang dinilai publik sarat kebohongan juga menuai aksi sekelompok wanita cantik di Jakarta. Mereka menamakan dirinya "Mawar Pro Pemberantasan Korupsi" (MP2K). Para wanita seksi ini datang ke KPK, Senin (20/2) menggelar aksi membagi-bagikan mawar merah. Mereka meminta Angelina Sondakh berkata jujur dalam sidang kasus Wisma Atlet.

Makanya, Angie..., katakanlah sejujurnya.***

INDEKS BERITA