Sang Pembelah Kemacetan

Henri utoyo
Mengawal pejabat bukanlah pekerjaan mudah. Selain dituntut harus siap setiap saat, juga berke-wajiban memberikan kenyamanan. Tantangan itulah yang selalu dilewati dan terus dijaga mantan personel Patroli Pengawal, Henri Utoyo. Selama bertahun-tahun semenjak diberikan amanah oleh tempat-nya mengabdi, yakni Dinas Perhubungan Kota Surabaya untuk mendam-pingi pejabat.


Tak tanggung-tang-gung pria pria berbadan tegap ini pernah pula mengawal Perdana Menteri Malaysia, Wa-likota seluruh Indonesia, Sister City dari sejumlah negara dan para Menteri termasuk juga pejabat lainnya. Namun Henri melaluinya dengan berbagai suka cita, seperti harus bolak-balik dari tempat ke tempat yang didatangi sang pejabat.
 
Hujan dan terik matahari yang kadang menyengat tubuh, juga dianggapnya sebagai sesuatu yang biasa, saat menjalankan tugasnya di atas tunggangan kendaraan khusus Patwal.
Selain kondisi cuaca kadang ti-dak bersahabat, menunggu dengan waktu yang lama juga bukan hal asing. Sebab, banyak acara yang dihadiri para pejabat membutuhkan waktu berjam-jam. Bila abdi negara atau karyawan lainnya hanya bekerja normal maksimal delapan jam setiap hari, tidak berlaku bagi pria ini.
 
Pekerjaannya tergantung kegi-atan pejabat yang didampinginya. “Rata-rata saya tinggalkan rumah sekitar pukul 6.00 wib pagi.  Kalau ada pejabat yang punya banyak kegiatan, kadang tengah malam atau dini hari baru balik lagi ke rumah,” ujar henri.
 
Kendati harus banyak mengha-biskan waktunya mendampingi pejabat, Henri yang sudah berstatus sebagai pegawai negeri sipil (PNS) ini, tidak pernah mengeluh. Pa-salnya, dari awal dia berkomitmen memberikan pelayanan terbaik untuk sang atasan sesuai tugas dan wewenangnya.
 
Di samping itu, istri dan anaknya juga sudah memahami tugas ke-sehariannya yang harus rela di-tinggalkan demi menjalankan tugas. “Mereka tidak pernah mengeluh karena tugas saya memang seperti itu,”kata Henri yang kini.

INDEKS BERITA