Surabaya - Berbagai persiapan dilakukan penganut agama Hindu menjelang perayaan Hari Raya Nyepi. Salah satunya di Pura Jagad Karana di jalan Lumba-lumba, Surabaya. Selain membersihkan pura dan memasang sabuk di beberapa arca, juga tidak ketinggalan Ogoh-ogoh yang dipersiapkan untuk diarak pada puncak kegiatan perayaan Hari Raya Nyepi di Surabaya, tepatnya di Tugu Pahlawan.
Menurut pemangku adat agama Hindu, I Ketut Sedana, Ogoh-ogoh tidak hanya sebagai pemanis ritual nyepi, tetapi juga menjadi sentral dari acara tersebut.
Ogoh-ogoh sendiri berasal dari kata ogah yang artinya goyang, sehingga nantinya patung ogoh-ogoh akan terus dimainkan oleh 8-12 orang yang mengangkatnya. "Dengan membentuk gerakan tari, seolah-olah patung tersebut hidup dan bergoyang," lanjutnya.
Ogoh-ogoh sendiri, masih menurut I Ketut Sedana, mempunyai lambang sebagai penjaga putaran alam semesta yang letaknya di semua penjuru mata angin yang berbentuk astral yang menyeramkan sebagai penyeimbang kehidupan di muka bumi.BJ/Bayu Murti
Menurut pemangku adat agama Hindu, I Ketut Sedana, Ogoh-ogoh tidak hanya sebagai pemanis ritual nyepi, tetapi juga menjadi sentral dari acara tersebut.
Ogoh-ogoh sendiri berasal dari kata ogah yang artinya goyang, sehingga nantinya patung ogoh-ogoh akan terus dimainkan oleh 8-12 orang yang mengangkatnya. "Dengan membentuk gerakan tari, seolah-olah patung tersebut hidup dan bergoyang," lanjutnya.
Ogoh-ogoh sendiri, masih menurut I Ketut Sedana, mempunyai lambang sebagai penjaga putaran alam semesta yang letaknya di semua penjuru mata angin yang berbentuk astral yang menyeramkan sebagai penyeimbang kehidupan di muka bumi.BJ/Bayu Murti