ERAU
Erau berasal dari dari kata Eroh ( bahasa kutai ) berarti ramai,riuh atau rebut.Kata ini menggambarkan suasana sukacita di saat penobatan raja atau sultan yang baru.semasa kerajaan kutai masih memerintah,ada upacara Erau yang di seleng-garakan kerabat keratin, seluruh pemuka masyarakat yang mengabdi pada kerajaan,
diundang ke perayaan ini. mereka datang dari setiap pelosok wilayah kekuasaan dengan membawa aneka perbekalan seperti ternak dan buah-buahan.dan satu hal yang pen-ting,bukan hanya perbekalan yang di bawa olah para undangan ini, tapi juga serombongan seniman dan seni-wati.merekalah yang akan tampil menjadi tim penghibur di saat raja atau sultan menjamu rakyat.Erau berasal dari dari kata Eroh ( bahasa kutai ) berarti ramai,riuh atau rebut.Kata ini menggambarkan suasana sukacita di saat penobatan raja atau sultan yang baru.semasa kerajaan kutai masih memerintah,ada upacara Erau yang di seleng-garakan kerabat keratin, seluruh pemuka masyarakat yang mengabdi pada kerajaan,
Setelah berakhirnya masa peme-rintahan kerajaan Kutai Kartanegara pada tahun 1960, wilayah menjadi daerah otonomi yaitu Kabupaten Kutai.tradisi Erau tetap di pelihara dan di lestarikan sebagai pesta rakyat dan Festifal Budaya yang menjadi agenda rutin Pemerintah Kabupaten Kutai Kartanegara dalam rangka memperingati hari jadi Kota Tenggarong, pusat pemerintahan Kerajaan Kutai Kartanegara sejak tahun 1782.
Kini Erau menjadi Festifal rakyat yang menampilkan berbagai seni budaya Kalimantan Timur khususnya Kutai.Erau merupakan sebuah perayaan yang di banggakan ma-syarakat Kutai, karena hanya se-bagaian kecil daerah di Indonesia yang memiliki “ Pesta Adat dan Bu-daya “ semacam ini.
Dalam Festifal Erau yang di laksanankan selama sepekan ,pihak Keraton sebagai “Pemangku Hajat“ meyelengga-raakan berbagai Upacara Adat yang merupakan acara pokok Erau itusendiri, digelar juga berbagai macam pentas seni dan budaya daerah yang tumbuh dan berkembangdi masyarakat Kutai.
Sementara beberapa acara pendukung yang lebih“ modern “,seperti : pameran,pertandingan olah raga tradisional, pawai kapal, belimbur dan lain se-bagainya menjadi daya tarik tersendiri bagi siapapun yang hadir pada perayaan Erau ini.
MENJAMU BENUA
Menjamu benua adalah upacara sebagai pemberitahuan kepada yang Maha Kuasa (dahulu kepada dewa-dewa penguasa alam) bahwa raja/sultan akan melakukan pesta rakyat dengan memohon keselamatan, Menjamu benua dilaksanakan oleh Kesatuan Belian, yaitu mengundang sengiang-sengiang dan kemumulan-kemumulan yang jumlahnya sekitar 37 orang, untuk memberitahukan akan dimulainya Upacara Erau, agar mendapat restu.
Sebelum dewa mela-kukan prose-si Menjamu benua, terle-bih dahulu memohon restu dari pa-duka yang mulia Kan-jeng Pange-ran Adhi Pathi Ario Salehoe-ddin Karta-negara de-ngan maksud supaya diberikan berkah dan keselamatan pada saat prosesi Menjamu Benua.
Prosesi Menjamu Benua, dilakukan beberapa hari sebelum Erau di mulai, yaitu melaksanakan upacara di 3 tempat yaitu, di kepala benua (kampung Mangkurawang), Tengah benua (depan Keraton ing Martadipura), dan buntut Benua (Kampung Timbau ), pada pelaksanaan Menjamu Benua di lakukan upacara bebelian, dimana acara ini di lengkapi dengan peralatan Juhan, Tela sak, Rumbai dan stelan pakaian orang yang akan di Eraukan sedangkan waktu pelaksanaan dari pagi hingga sore hari.
MENDIRIKAN TIANG AYU
Upacara Mendirikan Tiang Ayu dilakukan oleh kerabat kesultanan Kutai Kartanegara.tiang ayu ii terbuat dari kayu ulin atau biasa di sebut sangkoh piatu yang di atasnya terdapat beberapa benda seperti satu tandan buah pisang ,daun sirih,dan ringgi yang terbuat dari helain daun kelapa (janur). Tiang Ayu ini, mempunyai arti dan nilai tersendiri da-lam acara ini, yaitu mendi rikan kebena-ran yang ter-surat maupun kebenaran yang tersirat, serta memiliki kekuatan ma-gis dan me-mancarkan kekuatan spiritual.
Posisi Tiang Ayu sebelumnya didirikan dalam keadaan keadaan berbaring diatas bantal kasturi, membujur kearah barat, tepatnya ujung tiang ayu menghadap matahari terbenam. sebelum Tiang Ayu didirikan diadakan dulu upacara Besawai oleh salah seorang pangerang yang tertua, kemudian Tali Juwita dan kain Cinde di pegang oleh para bangsawan, kerabat dan orang kebanyakan yang jumlah orangnya selalu ganjil.
Tali Juwita dan Kain Cinde yang terikat pada Tiang Ayu ditarik dengan tiga tarikan, sampai tiang ayu itu berdiri seperti apa yang di kehendaki. Pada tiang ayu terikat beberapa benda lainya seperti :
1.Tali Juwita : melambangkan kekuasaan sultan Kutai Kartanegara yang berpusat di sungai Ma-hakam yang airnya deras mengalir ke-laut,beranak sungai bercabang tujuh.
2.Kain Cinde : melambangkan adat yang di adat-kan dari Kerajaan Kutai Kartanegara yang masih di pegang dan di taati di dalam negerinya.
3.Janur,Daun Sirih,Buah Pinang di samping sebagai perhiasan tiang ayu,juga mengandung makna bahwa alam dan hutannya memberikan hasil kemakmuran yang melimpah ruah bagi rakyatnya.
4.Pinggan Tuha: melambangkan petuah, nasehat serta petunjuk bagi orang-orang tua dahulu, bahwa Tiang Ayu dapat di lestarikan pada ge-nerasi muda mendatang.
BELULUH
Upacara beluluh ini dilakukan ke-pada kepala penguasa dalam pe-merintahan atau kerajaan sebagai pembersihan diri, agar di dalam menjalankan roda pemerintahan, terlepas dari segala macam mara bahaya dan selalu mendapatkan rahmat dan lindungan dari Yang Maha Kuasa.
Setelah prosesi Beluluh di laksanakan maka para kerbat keratin serta undangan yang hadir juga mendapatkan kesempatan untuk membersihkan diri dengan mengu-sapkan air bunga yang telah di beri doa keselamatan kebagian wajah atau badan lainya.
BEPELAS
Upacara Bepelas di maksudkan sebagai pemberitahuan kepada roh-roh gaib dan makhluk halus bahwa raja ini sedang mengadakan pesta,dan sekaligus mengundang kepada roh-roh gaib dan makhluk halus untuk turut menyaksikan dan memelihara jalanya upacara dan terhindar dari segala macam mara bahaya.
Kegiatan Bepelas ini di lakukan/di laksanakan setiap malam selama Erau berlangsung.